TEATER MANCA NEGARA (ASIA)
Bersumber dari : https://amisiltya.wordpress.com/2016/06/18/ilmu-budaya-dasar-teater-manca-negara-asia/
TEATER MANCANEGARA (ASIA)Berdasarkan Secara etimologi teater berasal dari bahasa Yunani “Theatron” yang berarti panggung sebagai tempat menonton. Pada awalnya adalah dari sekumpulan penonton, ruang penonton dan selanjutnya adalah dari gedung pertunjukan secara keseluruhan dan panggung juga termasuk di dalamnya.
Seperti adegan wayang juga merupakan cakupan dari seni teater dan segala yang bertalian dengan mimik, balet, pantomim, opera, permainan topeng serta pertunjukan boneka (marionet). Hal ini dapat dijumpai pada gedung- gedung teater yang masih ada atau pertunjukan teater lainya.
Tidak hanya memberikan rasa senang dan gembira bagi penikmatnya baik dengan melalui karya seni teater Nusantara dan teater Mancanegara, akan tetapi dapat memberikan manfaat yang berpengaruh bagi kematangan jiwa dan dapat berguna bagi keluhuran budi.
Karya seni teater yang baik akan dapat memberikan tuntunan kepada masyarakat penikmatnya selain sebagai tontonan masyarakat, sehingga dengan hal ini akan dapat sesuai dengan peryantaan kesenian yang dapat mencerminkan suatu ungkapan makna hidup sebagai makna hidup yang dimaksud adalah nilai moral.
Contoh Karya Seni Teater Tradisional Mancanegara yang Terdapat di Asia
Kesenian teater yang masih terikat dengan aturan kedaerahan setempat atau adat masing- masing setempat itulah yang dimaksud dengan karya seni teater mancanegara. Asia merupakan benua terbesar diantara lima benua yang ada di dunia dengan penduduk terpadat yang tinggal menyebar di 50 negara. Teater tradisional Asia sangat beragam dan banyak macamnya. Setiap Negara di Asia memiliki teater tradisional dan modern nya nya masing-masing. Berikut ini macam-macam ragam teater tradisional dan modern :
Teater Tradisional
- Teater Tradisional China.
Lakon Opera Peking biasanya diambil dari sejarah China, legenda, cerita Rakyat, dan cerita-cerita kekinian. Dalam perjalanan sejarahnya, Opera Peking, terus mengalami perubahan hingga pada bentuknya yang sekarang. Opera Peking merupakan perpaduan dari banyak bentuk kesenian di China. Seperti juga teater tradisional di Indonesia, Opera Peking pada awalnya hanya dimainkan oleh pemain laki-laki. Pada tahun 1894 di Shanghai, barulah perempuan diperkenankan main. Selain di China, Opera Peking juga berkembang di negara lain seperti Taiwan.
- Teater Tradisional Jepang.
Salah satu bentuk teater tradisional Jepang yang terkenal adalah Kabuki. Seperti juga teater tradisional China, tata rias dan tata busana Kabuki juga sangat rumit. Bentuk tontonannya berupa campuran dari musik, tarian, dan nyanyian.
Kabuki berasal dari tiga suku kata bahasa Jepang, Ka yang artinya menyanyi), bu yang artinya menari, dan ki yang artinya ketrampilan. Sehingga kabuki sering diartikan sebagai seni menyanyi dan menari. Kabuki sebagai teater tradisional telah diturunkan dari generasi ke generasi oleh masyarakat pendukungnya di Jepang. Dalam sejarahnya, Teater Kabuki tidak banyak mengalami perubahan. Berbeda dengan teater Barat, di mana pelaku dan penonton dibatasi oleh lengkung proskenium, dalam tontonan teater Kabuki pelaku dan penonton tidak diberi jarak. Panggung Kabuki menjorok ke arah penonton.
Kabuki dimulai pada tahun 1603, pada awalnya kabuki dibawakan oleh wanita (onna-kabuki), tetapi karna kabuki semakin terkenal dizaman tersebut, para wanita yang jadi pemain tersebut menjadikannya sebagai pelacuran terselubung,di tahun 1629 semua pemain kabuki diganti semua dengan pria muda (wakashu-kabuki), dan pada tahun1652 diganti lagi pemain muda kabuki di karenakan karena pemainnya masih muda banyak istri istri dari golongan tinggi, suka kepada pemain tersebut dan menjadikan perselingkuhan. dan yang terakhir kabuki di ganti semua dengan pria dewa (yarou-kabuki) pemain kabuki yang memerankan tokoh wanitanya dinamakan (onna gata).
Ciri Kabuki :
- Memakai tatarias/make up..
- Semua pemainnya terdiri dari pria (walaupun ada tokoh wanita, tetapi yang memainkannya adalah pria).
- Banyak disukai oleh kaum golongan bawah, dikarenakan banyak aktrasinya.
Noh adalah seni pementasan seni drama kalisk yang cirinya memakai topen.dan menarinya secara lambat. makanan yang sering disajikan pada saat teater noh ialah makunouchi.
Ciri Noh :
- Harus memakai topeng.
- Pergerakan tariannya sangat pelan.
- Banyak disukai oleh kaum bangsawan.
- Terdiri dari babak-bakak.
- Diiringi oleh pemain musik.
Add caption |
Bunraku adalah seni teater/drama boneka yang murapakan salah satu jenis ningyo johruri (sandiwara boneka yang diiringi oleh pemain musik johruri). Bunraku populer sekitar abad XVI. Bunraku merupakan teater boneka di Jepang yang dimainkan dengan iringan yang sifatnya bercerita. Musik yang dimainkan adalah Shamisen, yaitu alat musik dipetik berdawai 3.
Ciri Bunraku :
- Ada boneka.
- Orang yang menggerakkan boneka ada tiga, Omozukai (penggerak boneka utama, yaitu badan, tangan kanan), Hidarizukai (penggerak tangan kiri, hidarizukai mukanya ditutupin), Ashizukai (penggerak kaki, Ashizukai mukanya juga ditutupin, kecuali omozukai.)
- Besar boneka 2/3 dari tubuh manusia normal.
- Cerita yang paling terkenal, chika matsu, monzaemon.
D) Kyogen
Kyogen adalah sebuah tarian klasik Jepang yang sifatnya lelucon. Teater ini dipentaskan dengan aksi dan dialog yang amat gaya, selain itu dahulu teater ini dipentaskan disela-sela pementasan Nok meski sekarang terkadang dipentaskan sendiri. Kyogen tidak menggunakan topeng.
Kyōgen adalah sejenis drama lisan yang berdasarkan tawa dan komedi. Berbeda dengan Noh, dia menggunakan kehidupan sehari-hari dari masyarakat umum di masyarakat feodal atau cerita rakyat sebagai subjek, dan realistis melukiskan semacam “” Angka Everyman. Ini seni yang dinamis khas karakter utama adalah hamba bernama Taro Kaja-membangkitkan humor yang halus dan menghibur.
- Teater Tradisional India
Selaras dengan Aristoteles (384 SM – 322 SM) di zaman Yunani kuno yang menulis “Poetic”, risalah yang mengulas tentang puisi, tragedi, komedi, dll. Di India (1500 SM – 1000 SM), ada tokoh yang setara bernama Bharata Muni, yang menulis “Natya shastra”, yaitu risalah yang ditujukan kepada penulis naskah, sutradara dan aktor. Risalah tersebut melukiskan tentang akting, tari, musik, struktur dramatik, arsitektur, tata rias, tata busana, properti, manajemen produksi, dll.
Teater tradisional India berawal dari bentuk narasi yang diekspresikan dalam nyanyian dan tarian. Pada perkembangannya gerak laku pada teater tradisional India kemudian didominasi oleh nyanyian dan tarian, yang merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi. Sementera, alur cerita dan struktur lakon mengikuti alur dan struktur dari kisah Mahabharata dan kisah Ramayana, dengan tema cinta dan kepahlawanan.
Makna Simbol dan Peran Teater Dunia Teater berawal dari upacara-upacara keagamaan yang bertujuan untuk kesuburan tanaman dan keselamatan masyarakat dalam perburuan. Pada perkembangannya kemudian berkembang menjadi pertunjukan yang dipertontonkan kepada khalayak umum, ketika adegan perburuan itu diperagakan oleh kelompok masyarakat pendukungnya.
Pada perkembangan berikutnya, teater menjadi sarana pengajaran dan hiburan yang mengusung nilai-nilai moral, ekonomi, sosial, politik, dll. Sama halnya dengan perkembangan pada teater tradisional di Asia dan di Nusantara. Lakon-lakon yang kita saksikan melalui “Oedipus Sang Raja”, “Romeo & Juliet”, “Mahabharata”, Ramayana, “Lutung Kasarung”, “Malin Kundang”, dll. Semua menceritakan nilai baik vs buruk, dimana masyarakat yang menontonnya bisa bercermin dan mengambil hikmah dari kebaikan atau keburukan yang dilakukan oleh manusia.
Mithila – Orissa teater yang berasal dari Odisi India, teater ini juga menandai akan adanya pengaruh tarian di dalam interaksi budaya daerah.
- Teater Tradisional KoreA
a) Talchum
Talchum diartikan secara harfiah adakah tari topeng yang dalam pertunjukan terdapat unsur tari, musik dan juga teater. Sedangkan para pemimpin menggunakan topeng juga memainkan naskah seperti dialog dan juga nyanyian, sehingga para pemain sandiwara dapat merahasiakan identitas mereka.
- b) Pansori
- Teater Tradisional Indonesia
- a) Wayang
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
Dalam pertunjukan wayang kulit, wayang dimainkan di belakang layar tipis dan sinar lampu menciptakan bayangan wayang di layar. Penonton wanita duduk di depan layar, menonton bayangan tersebut. Penonton pria duduk di belakang layar dan menonton wayang secara langsung.
Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
G.A.J. Hazeu mengatakan bahwa wayang dalam bahasa/kata Jawa berarti: bayangan , dalam bahasa melayu artinya: bayang-bayang, yang artinya bayangan, samar-samar, menerawang. Bahasa Bikol menurut keterangan Profesor Kern, bayang, barang atau menerawang. Semua itu berasal dari akar kata “yang” yang berganti-ganti suara yung, yong, seperti dalam kata: laying (nglayang)=yang, dhoyong=yong, reyong=yong, reyong-reyong, atau reyang-reyong yang berarti selalu berpindah tempat sambil membawa sesuatu, poyang-payingen, ruwet dari kata asal: poyang, akar kata yang. Menurut hasil perbandingan dari arti kata yang akar katanya berasal dari yang dan sebagainya tadi, maka jelas bahwa arti dari akar kata: yang, yung, yong ialah bergerak berkali-kali, tidak tetap, melayang.
- b) Makyong
- c) Randai
Kesenian randai sudah dipentaskan di beberapa tempat di Indonesia dan bahkan dunia. Bahkan randai dalam versi bahasa Inggris sudah pernah dipentaskan oleh sekelompok mahasiswa di University of Hawaii, Amerika Serikat.
Kesenian randai yang kaya dengan nilai etika dan estetika adat Minangkabau ini, merupakan hasil penggabungan dari beberapa macam seni, seperti: drama (teater), seni musik, tari dan pencak silat.
- Mamanda
Bedanya, Kesenian lenong kini lebih mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada alur cerita kerajaan. Sebab pada kesenian Mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku seperti Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Harapan Pertama, Harapan kedua, Khadam (Badut/ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri).
Disinyalir istilah Mamanda digunakan karena di dalam lakonnya, para pemain seperti Wazir, Menteri, dan Mangkubumi dipanggil dengan sebutan pamanda atau mamanda oleh Sang Raja. Mamanda secara etimologis terdiri dari kata “mama” (mamarina) yang berarti paman dalam bahasa Banjar dan “nda” yang berarti terhormat. Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu “sapaan” kepada paman yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan.
Asal muasal Mamanda adalah kesenian Badamuluk yang dibawa rombongan Abdoel Moeloek dari Malaka tahun 1897. Dulunya di Kalimantan Selatan bernama Komedi Indra Bangsawan. Persinggungan kesenian lokal di Banjar dengan Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk kesenian baru yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar dengan Badamuluk. Kesenian ini hingga saat ini lebih dikenal dengan sebutan mamanda.
Bermula dari kedatangan rombongan bangsawan Malaka (1897 M) yang dipimpin oleh Encik Ibrahim dan isterinya Cik Hawa di Tanah Banjar, kesenian ini dipopulerkan dan disambut hangat oleh masyarakat Banjar. Setelah beradaptasi, teater ini melahirkan sebuah teater baru bernama “Mamanda”.
Seni drama tradisional Mamanda ini sangat populer di kalangan masyarakat kalimantan pada umumnya.
Teater Modern
Karya seni teater modern di mancanegara adalah karya seni teater yang tidak lagi terikat aturan kedaerahan. Karya seni teater tersebut telah dimodernisasi dengan kreativitas para seniman tanpa mengindahkan aturan kedaerahan.
1. Teater modern di Malaysia
Teater Malaysia berjudul Angin Kering karya Datuk Johan Jaaffar yang menggabungkan Persatuan Kreatif Budaya Anak Seni (KUBAS) dan Persatuan penggerak Warisan Budaya (AKRAB).
Selain Angin Kering, ada teater lainnya, yaitu :
– Kerusi (Dr. Hatta Azad Khan) yang dipentaskan oleh kelompok Seni Teater & Persembahan Anak Kolej PTPL (Rentak PTPL, Sabah).
– Terdampar (Slawomir Mrozek) yang dipersembahkan oleh Sanggar Creative Production (Serawak).
– Uraung Ulu Hatinye luke Lagih (Ibrahim Mohd. taib) yang dipentaskan oleh kelompok KEULU (Trengganu).
– Jebat (Dr. Hatta Azad Khan) yang dipentaskan oleh kelompok Resdungis (Pulau Pinang).
- Teater modern di Jepang
Teater modern Jepang dimulai awal abad ke-20 (1910) dengan tetap pada konsep shingeki (percobaan gaya teater barat) dengan mengambil gaya naturalistik dan tema-tema kontemporer yang kontras dengan noh atau kabuki.
Pada periode berikutnya, muncul fenomena pertumbuhan dalam drama kreasi baru, dimana memperkenalkan konsep estetik yang segar dan merevolusi teater modern ortodoks. Selain itu, digunakan gaya realistis dan bentuk drama psikologi.
Contoh teater modern Jepang adalah opera Pinokio yang pernah dipentaskan oleh kelompok teater Jepang, Konnyakuza di Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada tanggal 16-17 Maret 2007. - Teater modern di Korea
Setelah Korea membuka pintu terhadap negara-negara asing pada abad XIX, muncul teater modern yang pertama, Hyopyul-Sa pada tahun 1902. “Permainan baru” menjadi istilah Korea untuk drama barat pada waktu itu.
Teater Korea memiliki tiga misi utama :
1. Pemerintah membiayai teater, seperti Nasional Teater dan Seoul dan mendirikan pusat Perbendaharaan Seni yang terdiri dari teater tradisional dan klasik Korea.
2. Menjadikan 2. Daehakro sebagai Broadway-nya Seoul.
3. Membangun teater korea sebagai teater yang populer.
Kesimpulan :
Drama / teater adalah tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas panggung yang menggabungkan berbagai unsure seni lain, seperti seni sastra, music, seni rupa dan seni tari, sehingga seni teater menjadi ajang bagi para seniman untuk bekerjasama dan mengekspresikan karya mereka melalui sebuah pertunjukkan menakjubkan seperti seni drama ini.
Drama / teater mancanegara diperkirakan dimulai sejak zaman Yunani purba ( 100 SM- 300 SM ) yang berkembang dengan pesat, namun pada saat Yunani jatuh ke tangan Romawi ( abad pertengahan ) seni teater mulai mundur.
Seni teater bangkit lagi setelah zaman Renaisans ( 1500 SM-1700 SM ) yang berkembang dengan gilang-gemilang di Inggris dan Prancis. Pada masa ini, muncullah pengarang besar seperti Wiliam Shakespeare dengan Romeo dan Julietnya, Hamlet dan Pedagang Venesia dsb dengan naskah puitis serta dialog yang panjang.
Pada era modern, teater berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.